Saat sedih mendera serial film Mandarin yang satu ini jadi teman dekat saya. Saya bisa nangis, meringis atau bahkan tertawa. Cengeng mungkin kata orang banyak. Tapi, siapa peduli. Film ini melepaskan energi negatif saya. Daripada membanting-banting barang, mengurung diri di kamar, menangis sepanjang masa, lebih baik saya menonton film ini. Setelah awan gelap berhembus, saya bisa menghilang di balik kegembiraan. Seperti bom waktu berdetak menunggu waktunya, semangat baru dapat segera meledak.
Film ini berjudul Schemes of a Beauty (dalam bahasa Inggris). Ratu Drama Taiwan, Ruby Lin yang memainkan peran sebagai Dou Yi Fang, seorang permaisuri cerdas dan cantik di Kerajaan Dai. Cerdas karena dia memiliki taktik yang melebihi wanita di jamannya. Sang Raja Liu Heng (dimainkan oleh Sammul Chan) pun takluk mengakui kepandainya. Bahkan, Yi Fang mampu memisahkan emosional dan logika. Urusan kerajaan dan pribadi terdapat batas yang tegas.
Film ini sebenarnya memiliki banyak kisah dan karakter pemain di dalamnya. Tetapi, kekuatan cinta Yi Fang dan Liu Heng lebih membuat hati saya kepincut untuk membagikannya saat ini. Kisah mereka dimulai dari tugas Yi Fang yang memata-matai kerajaan Dai. Ia dikirim dari Kerajaan yang menjadi musuh Kerajaan Dai. Seperti pada lazimnya rasa cinta yang tidak memandang siapa yang dicintainya, Yi Fang jatuh hati pada Lie Heng.
Akhirnya, Liu Heng menikahi Yi Fang. Mulanya Yi Fang adalah gundik. Dia bukan permaisuri karena asal usulnya dari kerajaan musuh. Liu Heng tak kuasa menolak rasa cintanya yang tidak memandang perbedaan itu. Dia menjadikan Yi Fang sebagai permaisuri. Di kemudian hari keputusannya tepat, sebab Permaisuri Yi Fang berhasil menyatukan dua kerajaan yang awalnya saling bermusuhan.
Seperti selalu dalam kisah cinta yang mengharu biru, Yi Fang membuktikan cintanya dengan pengorbanan. Ketulusan itu terjadi saat Liu Heng dalam kondisi koma berhari-berhari. Yi Fang sama sekali tidak membocorkan kondisi raja pada kerajaan. Dia mengerti benar, akan banyak intrik perebutan kekuasaan jika kabar raja sakit menyebar.
Yi Fang meyakinkan anggota kerajaan bahwa raja dalam kondisi baik-baik saja. Saat menghadiri sidang atau pertemuan para pejabat, Yi Fang membawa seseorang berpakaian raja yang ditutupi mukanya. Dia berkata, raja sedang sakit dan tidak bisa bicara. Tugas kenegaraan akan diwakili olehnya. Semua percaya. Yi Fang mengambil risiko hukuman mati, jika ketahuan.
Ia mengambil risiko itu karena Yi Fang ingat perkataannya pada Raja. Ia akan hidup terus mendampinginya selamanya. Jika 10 tahun belum cukup, masih ada 20 tahun. Jika abad ini sudah habis, masih ada abad selanjutnya. Bahkan jika kehidupannya sudah habis, masih ada kehidupan sesudahnya. Di dalam kehidupan baru itulah mereka berjanji untuk tidak menjadi keturunan raja lagi. Keturunan raja selalu menderita dan tidak bisa memilih cinta. Semua sudah diatur.
Karena cintanya, Yi Fang menantang langit. Dia tidak akan membiarkan langit,mengambil nyawa suaminya. Dia tidak akan membiarkan sepasang tangan hilang memeluknya saat ia kembali. Balairung yang begitu besar tidak akan artinya jika Liu Heng meninggalkannya.
Namun, cinta dan pengorbanan untuk menjadi tulus perlulah diuji. Untuk menjadi barang yang berkualitas, tidak ada cara lain untuk mengetahuinya selain dengan ujian. Ilmu seorang murid diuji supaya menghasilkan ilmu yang mumpuni. Begitu pula dengan Yi Fang. Ia diuji oleh seorang pejabat yang ingin membuka penutup wajah si raja palsu pada suatu sidang kerajaan.
Ditantang, bukan malah takut. Dikejar, malah mendekat. Yi Fang malah mempersilahkan pejabat tadi untuk membuka tabir Sang Raja palsu. Namun sebelumnya, ia mengejek sang pejabat. Katanya jikalau dia membuka tabir dan ternyata di baliknya benar Sang Raja, hukuman mati adalah karmanya. Kasihan benar sang pejabat. Dia hanya menjadi kambing hitam dari sekian banyak pejabat yang penasaran mengetahui siapa orang di balik tabir. Sang pejabat hanyalah pemuas dari rasa penasaran banyak pejabat. Alangkah baiknya jika ia tetap ingin membuka tabir Sang Raja.
Gemetar si pejabat mendengar penjelasan Sang Ratu. Urung sudah ia mengikuti kata hatinya. Sang Ratu berhasil menanamkan ide bahwa ia hanya akan dijadikan kambing hitam. Berbeda dengan pemikirannya, ia akan menjadi pahlawan untuk membongkar kebusukan Sang Ratu.
Inilah cinta yang mau pasang badan. Melepaskan kepentingannya sendiri demi cinta.
Barangkali langit tidak tuli dan matanya tidak buta. Sekonyong-konyong Sang Raja yang tak sadarkan diri terbangun. Sehat. Segar, ibarat sudah beristirahat lama mengumpulkan tenaganya. Yi Fang yang menunggui Sang Raja sesaat sebelum bersidang melonjak kegirangan. Mereka berjanji, setelah sidang selesai, Yi Fang akan masak apapun yang suaminya mau. Pikir Yi Fang inilah sidang terakhir menggunakan raja boneka. Sidang berikutnya, Liu Heng sendiri yang memimpin.
Lain halnya si pejabat tadi, anak Yi Fang, Putri Guan tao (diperankan Qi Wei ) yang bodoh mulai mencurigai sendiri ibunya. Ibunya dicurigai akan menyalahgunakan kekuasaan istana. Saat bersidang, Yi Fang menerima anaknya dan Ibu Suri (diperankan oleh Bai Shan) yang juga Ibu kandung Liu Heng. Mereka mendesar agar tutup kepala si raja boneka dibuka. Yi Fang tak kuasa menolaknya.
Anaknya lalu lari bersemangat membuka misteri raja di balik kerudung hitam. Tak disangka, Liu Heng lah di balik penutup kepala itu bukan wajah Sang Raja gadungan. Dengan tubuhnya yang lemah, semua peserta sidang terkaget-kaget. Termasuk anaknya. Sekalipun lemah, jelas tergambar amarah Sang Raja yang tertahan. Marah karena anaknya sendiri salah sangka dengan niat baik Yi Feng untuk menjaga kerajaan.
Sebuah tamparan dari Sang Raja lalu menerpa keras anaknya. Berbarengan dengan itu, Sang Raja berdiri. Menggebrak meja dan jatuh. Meninggal. Inilah upaya terakhirnya melindungi Sang Ratu. Coba saja kalau dia tidak menggantikan raja palsu, sudah tamat riwayat Yi Feng. Yi Feng akan dituduh haus kekuasaan karena menggerakkan raja boneka Cinta saat-saat terakhir ini membawanya ke alam lain. Memisahkannya dengan cinta di alam ini.
Inilah film favorit saya. Saat cinta mulai terasa membosankan dan kehilangan greget, film ini menemani saya. Begitupun saat cinta mulai hambar dan kering, film ini malah mengingatkan saya tentang awal-awal jatuh cinta. Saya ingin berbagi. Semoga cinta yang tulus dari film ini dapat turut dirasakan juga. Saya bukan agen pemasaran film ini, lho! Percayalah.
0 comments:
Posting Komentar