1 Jul 2016

Teman Datang dan Pergi

Lama tidak berkunjung another hope. Another hope bercerita soal manusia.  Saya bertaruh, cerita soal manusia tidak akan pernah habis selama bumi masih dihuni manusia.  

Awalnya dibuat sebagai terapi menulis dan berkhayal saja, malah sekarang sudah 400-an orang suka. Oleh karenanya, izinkan saya memulai lagi bercerita soal manusia.  Syukur-syukur kalau masih ada yang suka.

Sama seperti hari ini, saya juga memulai untuk kembali bersyukur, setelah sekian lama tidak begitu perduli dengan kebaikan-kebaikan yang sudah disediakan semesta.  Di bulan puasa ini, saya berjumpa teman yang sudah lebih dari 5 tahun tinggal sama-sama di kota ini. Akhir-akhir ini, perjalanan pertemanan kita, memang merenggang. Namun, siapa sangka, buka bersama tadi sore membuat saya kembali merasa dekat.  

Saya merasa (kembali) dekat dengan dia tadi, karena diawali alasan sederhana.  Sama-sama lapar.  Memanjakan lidah, gampangnya.  

Kelamaan, rasa dekat itu bukan lagi  kesamaan antara kami yang sedang lapar, tapi karena kami mengingat perjalanan (lama) yang dilalui bersama.  Suka. Duka.  Tidak terpisahkan satu dengan yang lain.  Membuat saya semakin dekat (lagi).

Baru saja perasaan dekat tersebut muncul, saya kemudian tersadar.  Perasaan dekat tersebut bisa pergi kapan saja semaunya jika tidak dirawat. 

Apakah perasaan dekat tersebut layak dibiarkan saja bertumbuh ataukah mati secara alami? Dapatkah dipaksakan untuk dipelihara?  

Yang jelas, jodoh pertemuan kami selanjutnya masih menjadi rahasia langit.  Apakah diizinkan kami saling merawat taman perasaan ini?  Ataukah cukup dikenang sebagai memori baik.

Mari berbahagia!


(image : https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Seaside_Dinner_at_Cayo_Espanto_Private_Island.jpg)

0 comments:

Posting Komentar