6 Des 2018

Baby, It's Cold Outside





Kebetulan saya memiliki keterikatan emsional dengan akhir tahun.  Selain karena musim liburan, juga karena hanya di bulan-bulan akhir, lagu natal diputar.  Lagu yang menurut saya romantis. Hangat.  Musim panas juga berganti hujan sepanjang hari.  Kalaupun hujan belum turun, cuaca sejuk dan membuat saya ingin berlama-lama merasakan kesejukannya.

Hasil gambar untuk christmas coldBukan hal yang berlebihan saya menggambarkan akhir tahun yang lebih sejuk, karena Jakarta dengan kegersangannya membuat saya gerah.  Kegersangan Jakarta membuat tekanan di hari-hari saya.  Semua dibuat serba cepat.  Belum lagi, kita dibuat terus berlari tanpa menghiraukan apakah diri kita masih bisa berjalan.  Kita dibuat selalu mengejar garis akhir, jika tidak, kita dianggap hanya jalan di tempat.  Padahal, kadang jiwa ini kering meminta rehat dan perlu digali kedalamannya.

Hasil gambar untuk christmas cold
Kesejukan akhir tahun, lengkap sudah jika ada teman seperjalanan.  Tempat berbagi.  Teman berbagi pertama saya mengajak saya mendatangani paduan suara yang bagi saya cukup serius untuk suatu acara ibadah internal.  Biasanya, ibadah yang saya datangi tidak menyuguhkan paduan suara yang serius pada partiturnya.  Paduan suara yang seragam dengan komando pemimpinnya.  Bukan sekedar vokal grup yang bebas ekspresif.
Walau saya hanya undangan dan duduk sendiri.  Saya dapat melihat teman berbagi saya menjadi anggota paduan suara.  Seolah-olah suaranya juga untuk menghibur saya dan tatapannya menemani kursi sebelah yang kosong.


Akhir tahun ini, teman berbagi saya itu sudah hilang kontak.  Sekitar 15 tahun lalu mungkin.  Akhir tahun tetap lebih dingin di luar.  Saya berharap di dalam saya tetap hangat, karena teman berbagi boleh berganti rupa, namun tetap singgah menemani. Baby, It's Cold Outside! Please, come in.

0 comments:

Posting Komentar